Gak semua pemain bola lahir dari akademi mewah. Gak semua langsung dapat spotlight atau kontrak jutaan euro di usia belasan. Ada yang harus mulai dari bawah. Dari divisi kecil, latihan di lapangan jelek, hidup hemat, dan tetap ngejar mimpi.
Emiliano Sala adalah simbol dari itu semua.
Dia bukan nama populer. Tapi dalam diam, dia bangun karier yang solid. Dia bukan headline harian. Tapi saat dia pergi, dunia sepak bola berhenti.
Awal Karier: Bocah dari Argentina yang Cuma Mau Main Bola
Emiliano Raúl Sala Taffarel lahir pada 31 Oktober 1990, di Progreso, sebuah kota kecil di provinsi Santa Fe, Argentina. Bukan daerah kaya, bukan tempat lahir pesepak bola tenar. Tapi dari kecil, satu hal pasti: dia cinta sepak bola.
Di umur 15, dia pindah ke akademi proyek Prancis–Argentina bernama Proyecto Crecer — tempat yang kerja sama dengan klub Ligue 1, Bordeaux. Dari sinilah dia akhirnya terbang ke Eropa.
Gak langsung main di Ligue 1. Gak langsung jadi bintang. Tapi dia sabar. Dia tahu, buat orang kayak dia, gak ada jalan pintas.
Bordeaux: Karier yang Pelan Tapi Pasti
Setelah bertahun-tahun latihan keras, Sala akhirnya debut di tim utama Bordeaux pada 2012. Tapi dia cuma main sedikit. Jadi dia harus cari pengalaman lewat peminjaman.
Dan beginilah dia mengukir jalan kariernya sendiri:
- Orléans (National/Divisi 3): Cetak 19 gol dalam semusim
- Niort (Ligue 2): Lanjut produktif dengan 18 gol
- Caen (Ligue 1): Mulai kenal atmosfer top tier
Setiap musim, dia buktiin satu hal: dia bisa cetak gol di level manapun. Dia gak perlu gaya, gak perlu skill mewah. Tapi kasih dia satu peluang di kotak penalti… dan dia bakal selesaikan.
Nantes: Tempat Dia Jadi Raja Tanpa Mahkota
Tahun 2015, Sala gabung FC Nantes, dan di sanalah dia benar-benar dikenal. Selama hampir empat musim, dia jadi:
- Top skor klub
- Pemain paling disukai fans
- Striker utama yang bisa diandalkan tiap pekan
Di tim yang sering terseok-seok di papan tengah, Sala tetap konsisten:
- Musim 2015–16: 6 gol
- 2016–17: 12 gol
- 2017–18: 14 gol
- 2018–19 (paruh musim): 12 gol dalam 19 laga
Statistik ini mungkin gak bikin dia masuk Ballon d’Or. Tapi buat fans Nantes, Sala lebih dari sekadar pencetak gol. Dia pemain yang:
- Lari habis-habisan
- Gak banyak gaya
- Nggak pernah marah-marah ke rekan tim
- Tetap profesional walau klub lagi kacau
Gaya Main: Old School Striker
Sala itu striker klasik. Bukan tipe fancy. Gak banyak dribble. Tapi posisi dan insting golnya tajam banget.
Ciri khas dia:
- Kuat di duel udara
- Punya finishing satu sentuhan
- Selalu tahu di mana posisi bola bakal datang
- Gerak diam-diam di antara dua bek
- Gak banyak sentuhan tapi akurat
Pemain kayak dia itu penting buat tim yang main direct, yang butuh striker bisa nahan bola dan nyari ruang sekecil apapun buat bikin gol.
Transfer ke Cardiff: Peluang Terbesar, Tapi Juga Awal Kisah Tragis
Januari 2019, Cardiff City yang saat itu main di Premier League, setuju beli Sala dari Nantes. Nilainya sekitar £15 juta, jadi transfer termahal dalam sejarah klub.
Waktu itu, Sala udah jadi top skor Nantes, dan dia sangat excited main di liga terbaik dunia. Dia bahkan sempat kirim pesan ke teman-temannya:
“Akhirnya gue dapet kesempatan main di Premier League.”
Penerbangan yang Tak Pernah Sampai
Pada 21 Januari 2019, setelah menyelesaikan perpisahan dengan rekan-rekannya di Nantes, Sala naik pesawat kecil tipe Piper Malibu dari Prancis menuju Wales.
Pilotnya cuma satu, dan cuaca malam itu buruk. Tapi karena klub mendesak, penerbangan tetap dilakukan.
Beberapa jam kemudian, pesawat hilang dari radar di atas Selat Inggris.
Pencarian dilakukan. Harapan masih ada. Tapi hari demi hari berlalu. Hingga akhirnya, dua minggu kemudian, bangkai pesawat ditemukan di dasar laut. Jenazah Sala ditemukan. Pilotnya tidak pernah ditemukan.
Dunia sepak bola berduka.
Reaksi Dunia Sepak Bola: Luka Kolektif
Kepergian Sala menyentuh semua kalangan sepak bola. Dari fans Ligue 1, Premier League, sampai pemain top dunia.
Di Prancis, semua klub Ligue 1 mengheningkan cipta. FC Nantes mengganti nama tribun mereka menjadi Tribune Emiliano Sala.
Di Argentina, laga-laga lokal dimulai dengan momen hening.
Cardiff City bermain dengan pita hitam. Bahkan Messi, Aguero, dan beberapa bintang timnas Argentina ikut mengirim doa.
Kenapa semua orang merasa kehilangan? Karena Sala adalah kisah yang bisa dirasakan semua orang:
- Anak daerah yang kerja keras dari bawah
- Gak pernah sombong meski sukses
- Pergi justru saat impian sedang mulai terwujud
Kontroversi dan Investigasi: Siapa yang Bertanggung Jawab?
Setelah kepergiannya, kasus ini makin rumit karena:
- Cardiff menolak membayar transfer fee
- Nantes tetap menuntut pembayaran
- Ada pertanyaan besar soal legalitas penerbangan
- Pilot ternyata gak punya lisensi resmi terbang malam
Investigasi berlangsung bertahun-tahun. Dan sampai hari ini, masih banyak yang mempertanyakan:
- Apakah agen dan klub terlalu buru-buru?
- Apakah pesawat itu aman?
- Apakah keselamatan pemain diabaikan?
Yang jelas, kasus ini jadi pelajaran pahit: sepak bola profesional sering kali terlalu fokus ke uang, tanpa memperhatikan keselamatan manusia di dalamnya.
Warisan Sala: Bukan Trofi, Tapi Inspirasi
Emiliano Sala gak pernah menang trofi besar. Tapi warisannya jauh lebih dari itu.
Dia tinggalkan:
- Contoh kerja keras tanpa banyak omong
- Teladan pemain yang gak butuh sorotan buat berdampak
- Kesadaran soal pentingnya keselamatan dalam dunia transfer
Nantes setiap tahun memperingati kepergiannya. Tribun dengan namanya dipenuhi bunga dan spanduk. Jersey nomor 9 yang dia kenakan di Cardiff gak pernah dipakai lagi.
Dan fans bilang:
“Dia mungkin gak sempat cetak gol di Premier League. Tapi dia cetak kesan yang dalam di hati kita semua.”
Statistik Karier (Ringkasan)
- Orléans: 37 laga, 19 gol
- Niort: 37 laga, 18 gol
- Caen: 13 laga, 5 gol
- Bordeaux: 11 laga, 1 gol
- Nantes: 133 laga, 42 gol
- Total: 230+ laga profesional, 80+ gol
Kelebihan:
- Insting gol tinggi
- Kuat di duel fisik
- Finishing tajam
- Mental tahan banting
- Loyal terhadap tim
Kekurangan:
- Bukan pemain cepat
- Kurang eksplosif
- Gak cocok di sistem tiki-taka
- Minim pengalaman Eropa
Tapi semua itu tertutup sama satu hal: dia selalu hadir ketika tim butuh dia.
Penutup: Emiliano Sala — Mimpi yang Gak Pernah Sampai, Tapi Tetap Abadi
Gak semua kisah sepak bola berakhir bahagia. Tapi kisah Emiliano Sala nunjukkin bahwa kadang, perjalanan lebih penting dari tujuan akhir.
Dia mungkin gak sempat main di Premier League. Tapi kisahnya jadi simbol bahwa kerja keras, kesabaran, dan ketulusan tetap relevan di sepak bola modern yang penuh ego dan glamor.
Sala pergi saat lagi naik. Tapi kenangan tentang dia gak akan pernah turun.